Jumat, 21 Mei 2010

Mengatasi Black Campaign

Kampanye negatif atau black campaign selalu digunakan oleh lawan politik untuk menjatuhkan kredibiltas kandindat. Hal ini jangan terlalu dipermasalahkan. Anggap saja dalam persaingan itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting justru bagaimana mengantisipasi dan mengatasi black campaign itu agar tidak merugikan kandidat.

Dalam perang, black campaign digunakan untuk menjatuhkan semangat prajurit, mereduksi kepercayaan, mengurangi dukungan rakyat, serta membiaskan fokus para pemikir strategi perang (psiko-war). Tujuan yang sama juga berlaku dalam Pilkada.

Dalam Pilkada black campaign dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Yang terang-terangan dilakukan secara terbuka dan dilakukan oleh orang yang jelas. Sedangkan yang tertutup dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dari mulut-ke mulut, tak jelas siapa penanggung jawabnya bahkan pelakuknya.

Seringkali yang terang-terangan lebih mudah dipatahkan daripada yang sembunyi-sembunyi. Seorang tokoh masyarakat yang semula loyal serta berkomitment untuk mengerahkan warganya memilh kandidat, tiba-tiba beralih kepada kandidat lain, hanya karena malamnya ia didatangi oleh seorang tokoh masyarakat lainnya dan menjelaskan skandal keuangan yang menimpa kandidat yang kita dukung. Lengkap dengan kronologisnya, saksinya, serta dalil-dalil agamanya.

Black campign seperti ini jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan black campaign yang dilakukan terbuka. Karena tak tampak dan langsung kepada sasaran. Kalau ada issue dikoran, kita lebih mudah memantaunya.

Apa yang mesti dilakukan untuk mengantisipasi black campaign tertutup seperti itu?

1. Jadilah pendengar yang baik. Anda harus membangun struktur komunikasi yang baik kepada saluran-saluran pemasaran Anda. Dengan saluran yang baik itu, semua pendapat negatif dan issue miring yang menimpa Anda dapat tercium terlebih dahulu.

2. Inventarisir issue-issue miring yang menimpa kandidat, lalu buatlah kronologis terhadap issu-isuee tersebut. Tentu saja dengan perspektif yang positif.Semacam klarifikasi gitu. Jika terdapat issue negatif yang mulai menyebar di masyarakat, segera gandakan klarifikasi tersebut dan banjiri target dengan klarifikasi yang telah dipersiapkan. Baik melalui pengiriman tulisan maupun utusan.

3. Kendalikan media massa. Jangan sampai media massa mengangkat issue-issue bombastis seperti itu. Koran tentu akan sangat senang memuat berita tersebut, karena korannya akan laku. Namun perlu diingatkan kepada mereka bahwa memuat berita yang belum tentu kebenarannya akan menjadi boomerang bagi media tersebut. lakukan bujukan secara halus untuk menyampaikan hal tersebut. Kalaupun mereka tetap akan meumuat berita, sampaikan kewajiban untuk memuat dua sisi berita yang seimbang (cover side both), klarifikasi dengan memuat cerita versi sebenarnya juga perlu dilakukan jika berita tersebut terlanjur dimuat media.

4. Hubungi tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, dan jelaskanlah kejadian sesungguhnya secara langsung, tanpa perantara, oleh kandidat yang bersangkutan.

5. Bentuklah tim yang terdiri dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk memantau dan mengkalrifikasi black campign yang dilakukan lawan politik.

Formulasi yang paling jitu menghadapi black campaig sebenarnya adalah dengan cara mengantisipasinya. Jangan biarkan dia berkembang.

Rabu, 21 April 2010

Media Outdoor dalam Pilkada


Dalam Pilkada, media outdoor baik berupa spanduk, baliho, billboard, banyak digunakan oleh kandidat. Namun, berdasarkan pengamatan saya, banyak hal yang rasanya kurang efektif dalam menggunakan media tersebut sebagai sarana promosi kandidat. Apa saja unsur yang patut dipertimbangkan dalam mendesain media outdoor?

Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu memahami sejauh mana kelebihan dan kekurangan media outdoor dibandingkan media promosi lainnya.

Media outdoor banyak digunakan oleh kandidat karena mampu menyampaikan secara cepat sebuah informasi. Terlebih jika media tersebut dapat dipasang ditempat-tempat strategis, seperti di perempatan jalan, pinggir jalan. Jika setiap hari ada 30 ribu orang saja yang melintasi melintasi sebuah jalan Kota, maka Anda dapat menghitung berapa ratus ribu orang yang akan melihat billboard yang kita pasang?

Selain itu sebagai sarana yang terbatas dan relatif lebih mahal, pemasangan media outdoor akan mampu meningkatkan image positif kandidat.Billboard misalnya, mampu membangkitkan kesan mewah, dan prestis, karena sering digunakan untuk memajang foto para selibritis yang menjadi bintang iklan sebuah produk. Lain halnya spanduk atau banner. Banner memiliki image yang sedikit lebih rendah, namun memiliki efektifitas komunikasi yang tidak jauh berbeda dengan media billboard. Bahkan dalam situasi tertentu daya penetrasi spanduk akan mampu mengalahkan efektifitas billboard sebagai sarana menyampaikan informasi/ promosi karena bisa dipasang di tempat-tempat yang sempit.
Demikian pula dengan baliho. Media yang biasa dipasang dengan menggunakan kayu ini, memiliki efektifitas yang tak jauh berbeda dengan billboar atau spanduk. Hanya saja Baliho lebih mampu masuk keruang-ruang publik yang lebih dalam, karena ukurannya yang dapat di custumize sesuai dengan ruang yang tersedia. Jika Billboard, biasanya memiliki ukuran yang standar, 4 x 6 meter, 5 x 10, 6 x 12, 4 X 8, sedangkan ukuran baliho dapat disesuaikan dengan lingkungan pemasangan.

Salah satu kelemahan dari media outdoor adalah terbatasnya space untuk menyampaikan informasi. Kelemahan ini ternyata seringkali tidak dipahami oleh tim sukses para calon. Saya sering melihat sebuah media outdoor memampangkan isi visi dan misi kandidat. Bagaimana mungkin masyarakat yang melintasi jalan dengan kendaraan bermotor memiliki cukup waktu untuk membaca rangkaian kelimat itu. Inilah salah satu kelemahan terbesar media outdoor, publik tidak punya waktu yang banyak untuk menyerap informasi yang disampaikan.

Nah, berikut beberapa tips dalam pemanfaatan media ourdoor sebagai sarana promosi kandidat.
1. Fokus.
Dalam pilkada, seringkali sebuah media outdoor tidak fokus apa yang ingin disampaikan. Apakah yang akan ditonjolkan gambarnya, nama pasangannya, jargonnya, mottonya, atau visinya. Media outdoor harus fokus. Jika ingin menonjolkan figur kanidadat, maka figur kandidat haruslah mendominasi space media dengan foto yang baik, bagus dan menarik serta dilengkapi nama kandidat yang jelas. Saya sering melihat sebuah billboar dengan foto yang mnonjol, namun dengan nama yang tak terlihat oleh mata kita. Bukankah nanti pada saat pemilihan, nama ini yang akan diingat para pemilih? Bukan jargonnya, apalagi visinya. Jika fokusnya ingin menyampaikan ajakan, carilah kata-kata yang singkat lalu dibuat lebih menonjol dari yang lain. Sehingga orang yang lewat tidak perlu berhenti di pinggir jalan untuk membaca kalimat tersebut.

2.Singkat.
Selain image, sebuah media outdoor biasanya juga menampilkan kata-kata yang berisi pesan. Usahakan kata-kata itu tidak terlalu panjang. maksimal 5 kata, sehingga mudah dibaca oleh masyarakat. Jika yang ingin disampaikan adalah visi kandidat, peraslah kalimat visi tersebut mejadi 4 atau lima kata. tentu saja kata-kata tersebut harus berbeda dari kompetitor.
3.Unik. Keunikan dapat ditonjolkan dari beberapa hal, seperti warna dasarnya, tampilan fotonya, layoutnya, bahkan bentuk media outdoor itu sendiri. Agar media outdoor kita bisa kelihatan berbeda dari kompetitor, tentu saja kita harus mengenal terlebih dahulu ciri khas masing-masing kompetitor. Keunikan ini akan membantu konsituen dalam membedakan media komunikasi Anda dengan kompetitor. Sehingga dari jauh saja akan ketahuan bahwa itu adalah media outdoor milik Anda.

4. Pertimbangkan titik pandang.
view media perlu anda pertimbangkan dengan baik. Terkadang ada sebuah space yang kecil tapi cukup stratetegis untuk memasang media outdoor. Manfaatkan saja lokasi tersebut dengan mendesain media outdoor secara khusus.

5. Tekhnik pemasangan.
Saya sering melihat pemasangan media outdoor terkesan asal-asalan. ditempel di pohon, dipasang dekat tempat sampah, bahkan bertumpukan dengan media outdoor lainnya. Pemasangan media outdoor harus mempertimbangkan pandangan publik, serta kemampuan media tersebut dalam menarik perhatian dibandingkan media outdoor lainnya. Tekhnik pemasangan juga jangan asal-asalan. Memasang media outdoor pada pohon, misalnya. Mungkin akan menarik perhatian, tetapi akan menguragi rasa simpatik masyarakat karena dianggap membuat kumuh jalan-jalan, serta merusak lingkungan. Jika itu terjadi semua pesan tidak ada gunanya, karena masyarakat terlanjur tidak suka.

Tips terakhir, silahkan pelajari tampilan media outdoor dari perusahaan-perusahaan komersial. Lalu terapkan bagi kesuksesan strategi promosi Anda.

Jumat, 26 Maret 2010

Money Politik dan Pricing Strategy

Dalam demokrasi, penggunaan politik uang sangatlah diharamkan, demikian pula di Indonesia. Namun, di lapangan kandidat yang tak ber-uang, jangan harap akan dilirik oleh pemilih. Walaupun demikian, dalam kenyataannya uang bukanlah segala-galanya. Uang hanyalah instrument. Jika uang adalah instrument yang berlaku adalah it's not the gun but the man behind the gun. Maksudnya walaupun anda punya banyak uang, namun apabila Anda tidak mampu mengaturnya, niscaya Anda tidak akan memenangkan pemilihan kepala daerah.

Saya tidak menganjurkan anda menggunakan uang dalam pilkada. Jika Anda ingin maju dalam Pilkada, Anda harus memiliki uang dan mampu mengaturnya agar uang itu bermanfaat bagi proses pemenangan pilkada. Dalam beberapa kasus, seorang kandidat yang paling kaya, tak mampu memenangkan perhelatan politik Pemilihan Gubernur di Kalimantan Barat. Lalu bagaimana uang dapat dikelola secara efektif dalam proses pemenangan pilkada?

Dalam marketing uang dapat berlaku sangat efektif. Pemberian cash back, discount, undian uang tunai, atau pemerian hadiah secara langsung merupakan politik uang dalam bisnis. Demikian pula dalam politik, uang dapat digunakan untuk menarik simpati publik. Hanya saja aturan dalam menggunakan politik uang sangatlah ketat. Salah-salah Anda dapat dilaporkan lalu didiskualifikasi dalam kompetisi itu. Lalu bagaimana melakukan politik uang dalam pilkada?

Pernahkah Anda mendengar pemberian kaos, gantungan kunci, sticker dan alat-alat kampanye lainnya dalam pelaksanaan Pilkada? Ini juga merupakan pricing strategy. Karena telah memberikan sesuatu materi kepada konstituen dalam rangka memancing simpatik. Lalu, pernahkah Anda mendengar seorang juru kampanye, atau saksi atau anggota tim internal diberikan fasilitas berupa honor, biaya operasional, bahkan uang muka kredit motor oleh kandidat kepala daerah? Nah, itu juga pricing strategy.

Anda akan salah dan disalahkan jika beberapa hari menjelang kampanye memberikan barang-barang tersebut, terlebih mengkonversi barang-barang tersebut dengan uang. Namun bukankah tidak salah memberikan barang-barang tersebut jauh-jauh hari sebelum masa kampanye usai? Persoalannya adalah bagaimana menetapkan nilai barang yang sesuai atau lebih bernilai dibandingkan pesaing Anda. Disinilah yang kita sebut sebagai Pricing Strategy.

Pricing strategy merupakan cara untuk menetapkan suatu materi agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Misalnya Anda memberikan payung seharga Rp 15000 kepada salah seorang tokoh masyarakat untuk membangun citra Anda, lalu pesaing Anda datang dengan membawakan sekaleng cat seharga 15 ribu lalu mengecat pagar besi rumah orang tersebut bersama tim Anda. Samakah kira-kira dampaknya? Tentu sangat berbeda bukan, walaupun nilai uangnya sama.

Contoh lain, Anda dapat saja memberikan uang operasional kepada tim Anda untuk menopang aktivitas mereka. Anda memberikannya Rp 1 juta, cash dimuka. Sedangkan kompetitor ANda memberikannya selama 4 kali, yaitu seminggu sekali. Apa dampaknya? mungkin Anda akan menemukan tim Anda tidak bekerja pada minggu kedua, karena uangnya telah habis untuk membeli barang-barang lain, memberi keluarganya, dsb. Sedangkan kompetitor Anda akan mendapatkan tim kerja yang selalu semangat karena setiap minggu diberi Amplop.

Nah sekarang Anda tahunkan apa itu pricing strategy atau money politik?

Selasa, 29 September 2009

Tampil Beda itu Penting

Jika kita mengamati baliho yang dipajang oleh calon kepala daerah, secara umum tidak tampak perbedaan yang mencolok dari media komunikasi yang dipajang oleh para kandidat yang bersaing. Selalu ada foto kandidat dengan jas hitam, dasi dan kopiah (khususnya yang ingin menonjolkan kemuslimannya), lalu ada bendera merah putih sebagai bacgroundnya, serta tulisan panjang yang berisi jargon, bahkan terkadang visi dan misi. Sehingga jika kita melihat media itu dari jarak yang agak jauh, akan terasa sulit membedakan siapa sang pemilik baliho itu. Padahal tak jarang baliho-baliho itu dipajang secara berdekatan antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini terjadi karena mungkin sang kandidat tidak memahami pentingnya untuk tampil berbeda dari yang lainnya. Berbeda dalam segala hal tentunya, baik bentuk, ukuran, content (termasuk didalamnya colour base, foto, text/jargon), serta cara memasangnya. Dalam bahasa marketing ini disebut dengan differensiasi.
Differensiasi yang dibangun sudah barang tidak hanya berlaku pada tampilan saja, namun pada keseluruhan unsur, nuansa tampil beda perlu mendapatkan perhatian yang penuh. Artinya, agar berbeda dengan kandidat lainnya, maka proses differensiasi harus diterapkan pada seluruh unsur bauran pemasaran, baik produknya (performance, ide/gagasan/issues/jargon, dsb), strategi dan taktik promosinya, pricing hingga pada rantai distribusinya (place). Pokoknya semua harus tampil beda.
Oleh karena itu riset terhadap keinginan pasar (konstituen) dan kompetitor menjadi sangat penting. Tugas Anda untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan pesaing Anda dan perbedaan itu harus diyakini telah sesuai dengan harapan konstituen Anda. Simpelnya, Anda harus tampil beda agar dapat dibedakan dari pesain Anda. Kalau tidak ada yang berbeda, itu berarti Anda tidak ada apa-apanya.

Senin, 28 September 2009

Sukses Pilkada dengan 4 P

"Pilkada" dengan "Pilkita" tentu saja jauh berbeda. Namun, ada kesamaan antara keduanya, yaitu sama-sama memerlukan marketing agar dapat mendulang sukses. Seorang kandidat akan dianggap kuat jika ia memiliki daya kompetitif yang lebih baik dibanding yang lain. Dalam konteks marketing daya kompetitif seorang kandidat dapat diuraikan dalam sebuah konsep yang sederhana yaitu konsep 4P, Product, Pricing, Promotion, dan Place. Product meliputi daya saing personal (moralitas, performance/penampilan, succes story, intelektual, kompetensi dan pengalaman), visi dan gagasan, statatement, lingkungan sosial-politik, serta instrument yang mampu mewakili kehadiran kandidat (marchandise, misalnya). Pricing adalah terkait dengan social cost dan political cost yang mampu dibayarkan oleh kandidat untuk membiayai tim kerja, saksi, memberikan bantuan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan,dsb. Promotion, berkaitan dengan strategi dan taktik komunikasi melalui PR's, advertising, door to door campaign, propaganda, dan kampanye terbuka. Sedangkan place berkaitan dengan jaringan penyampaian informasi dan jaringan penggalangan dukungan yang memungkinkan penyebaran informasi dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien.
4 P adalah sebuah konsep yang mudah diingat serta mudah diterapkan. Anda bisa membuat tabel untuk mengadu daya saing antara 2 atau lebih kandidat yang maju dalam Pilkada. Melalui konsep itu juga Anda dapat memeriksa dimana kelemahan dan kekuatan Anda jika dibandingkan dengan kompetitor Anda. Untuk memenangkan pilkada, sudah barang tentu Anda tidak perlu unggul secara mutlak di keempat unsur tersebut. Pada beberapa pengalaman pilkada, tak jarang seorang kandidat yang produknya lemah, namun mampu tampil sebagai pemenang karena unggul di 3 P yang lain. Secara teoritik, kunci suksesnya adalah "P" Anda harus lebih baik dari yang lain.